48 comments on “Mengenal dan Membuat Candrasengkala

  1. tulisan yang sangat bagus mas
    kalau untuk 1992 masehi gimana ya mas?
    saya mencoba merangkainya, tapi malah gak karu-karuan hehehee

    • karna Sengkalan tidak untuk ramalan dan tidak pula terkait dengan hal-hal mistis, maka “Kanthi Nanda Hanrustha Prabu” adalah suryasengkala yang cukup cocok untuk menggambarkan peristiwa Pemilu di Indonesia Tahun 1992 Mahesi.. artinya “dengan bersuara (mensukseskan pemilu) akan menggembirakan sang Prabu/Presiden” 😀

      mungkin karena apapun hasil pemilunya Pak Harto tetap akan jadi Presiden <– Orde Baru memang seperti itu 😀

      semoga berkenan matur suwun..

      • Mantab sudah

        Misal sengkalan untuk do’a dan harapan buat saya pribadi gimana mas? Hehehe
        Maafkeun bila banyak tanya 🙂

      • maaf, mungkin pakai candrasengkala saja mas… tahun 1992 itu bertepatan dengan tahun ke berapa hijriyah atau tahun berapa jawa?

        tapi kalo mau tahun masehinya kira2 (maaf tidak sempat berfikir lama) “Ngabeki mring Dewa Ambuka Budi” –> berbakti kepada Tuhan akan membuka pemikiran, karena pada dasarnya dekat dengan Tuhan itu akan menjadi kita tenang dan dengan ketenangan jiwa akan menjernihkan pikiran2 kita..

        semoga berkenan..

      • Oh gitu ya mas. Maaf kurang begitu paham hehehe
        Untuk 1992 kira2 1924 tahun jawa.
        Terima kasih mas. Maaf lho ngrepotin hehehe

      • maaf mas, sebenarnya kan saya kurang tau apakah mas ini suka hal2 relijius atau suka hal2 yang tidak berkait reliji..

        tentu harapan orang kan sesuai dengan hal2 yang dia sukai.. nah mas ini suka dengan hal2 yang manakah?

      • kalau candrasengkala 1924 jawa bisa juga: “Dadya Asta Pambuka Jagat’ –> jadilah orang yang dapat membuka alam semesta dengan kedua tangannya (pemikiran dan tindakannya)

        silakan dimaknai sendiri ya mas… maaf kalau kurang berkenan di hati, karena harapan mas (danny ya?) kan hanya pribadi mas danny yang tau…

    • haha.. iya mbak memang sebagian orang bilang menyusun sengkalan itu susah, tapi menurut saya kerumitan dalam menyusun kata2 agar menjadi sebuah kalimat yang baik dan bermakna itu adalah suatu tantangan menarik.. lebih dari sekedar teka-teki silang 😀

      btw, ini susahnya karena postingan saya tidak bagus sehingga kurang komunikatif dan susah dipahami atau karena memang materi sengkalan itu susah? 😀

  2. Alhamdulillah dari dulu aku nyari tentang sangkalan,lumayan lengkap tulisannya,trimakasih,bisa buat nambah pengetahuan.

    • “Sabda Sujanma Ambuka Swarga” tidak menunjukkan angka tahun 1917 mas. Sebab kata “Swarga” berwatak 0 bukan berwatak 1. Alternatifnya bisa menggunakan susunan kata “Sabdaning Sujanma Ambuka Budi”.

    • Lawon itu jika diartikan kain putih/suci, maka bisa menunjukkan watak 4; sapta berwatak 7; ngesthi berwatak 8; aji bisa berwatak 1 karna seorang Raja bisa dipanggil ingKang Aji.. berarti kalimat Lawon Sapta Ngesthi Aji menunjukkan 1874 saka atau 1943 masehi..

      tapi mohon maaf, bagi saya tahun sengkalan ini ‘fiktif’.. jika itu berasal dari Sabda Palon brarti sebuah ramalan (atau mungkin keinginan/harapan dr Sabda Palon).. sementara Sengkalan tidak bisa digunakan untuk meramal, karna dibuat sebagai tetenger dari kejadian pada suatu tahun yg sdh berlalu atau sedang berjalan.. nuwun

  3. Bagus Mas …!!!…

    Ternyata membuat Candrasengkala ada kaidahnya/ada sistematikanya.

    Dari uraian Mas Ariyanta … manfaat yang bagi saya sangat berharga, adalah adanya uraian/tabel mengenai “watak kata-kata”.

    Informasi ini sangat membantu untuk mengetahui (minimal “menebak”) angka tahun yang “di-sandi-kan” dalam Candrasengkala.

    Berbekal “tabel watak kata-kata”, saya mencoba mengartikan Candrasengkala:
    “Gunaning Tata Dedalaning Reja” …. ternyata saya belum bisa.

    Gunaning = 3
    Tata = 5
    Dedalaning = …???…
    Reja = …???…

    Mohon dibantu Mas.

    Nuwun,

    Wuryanto.

    • untuk ’dedalaning’ bisa diartikan ’jalan yg harus dilewati’, menurut tabel watak bisa searti dgn marga yg berwatak 5..

      sementara kata ’reja’ dpt berarti makmur, secara guru dasanama searti dgn kata ’karta’ yg berwatak 4..

      nuwun

  4. Nuwun sanget,
    Mugi-mugi nopo ingkang sampun sampeyan awiti handadosaken kebagusan ingkang migunani tumraping liyan soho tumrapipun wangsa jawadwipa …

    Monggo dilajengaken.

  5. Miterat panjenengan, sengkalan ingkang sae niku sak saget-sagetipun wonten kaleh perkawis utawi kaleh makno. (1) Hanggadahi makno watak ongko, ugo (2) Kalimat ingkang kasusun wau (nomer 1) katoto kanti sae, endah dipunwaos, tentrem dipunraosaken, hanggadahi kebagusan soho piwulang adiluhur lan agung, lan ugi mboten rancu (bertentangan).

    Monggo dipunraosaken saking kalimat “Sucining Brahmana Kusumaning Gusti”.

    Ngapunten kathah lepatipun.

    • leres eyang padma, 2 perkara tsb mmg hrs diperhatikan dlm penulisan sengkalan..

      ttg sengkalan sucining brahmana kusumaning gusti punika sdh sy jelaskan artinya dlm postingan pertama dgn judul ’sastra pratama’..

      matursuwun sanget

  6. saya bermimpi dapat pesan Ing Condro Sengkolo Lawon Sapto Ngesthi Aji apa artunya mas… matur suwun sebelumnya…

    • Lawon Sapto Ngesti Aji klau tidak slh adalah kalimatnya Sabda Palon.. namun sy tidak melihatnya sbagai sengkalan sebab merupakan thn yg diramalkan oleh Sabda Palon.. sementara sengkalan menggambarkan kejadian di tahun yg sdh berlalu atau sdg terjadi..

      nuwun

  7. Terima kasih mas, tulisan ini sangat berguna. cuma saya tidak setuju kalau kata-impor(arab) bisa diambil menjadi sengkalan. thanks

    • Terima kasih juga atas kunjungan dan komentarnya..

      Saya jg tidak setuju dgn komentar Anda :-), sbb tidak disertakan alasannya.. tentu akan sangat berharga jika ada koreksi yg disertai alasan yg dpt diterima..

      Perkembangan budaya tergantung pengaruh perubahan jaman.. jika itu pengaruh positif, saya kira tdk mengapa..

Tinggalkan Balasan ke depong Batalkan balasan