Assalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh
HARI ini sama seperti hari Jum’at yang lalu dan seperti biasanya juga secangkir Coffemix menemani saat berbuka puasa. Rasulullah SAW memang menganjurkan agar jika kita berbuka Puasa dengan menyatap makanan dan minuman yang manis-manis. Dan, Betul sekali hari ini memang hari Minggu dan hari Jum’at lalu saya juga berbuka Puasa sama seperti hari ini padahal seluruh Imam Madzhab menghukumkan puasa pada hari Jum’at secara khusus adalah makruh yang berarti lebih baik tidak dilakukan. Sementara itu Syaikh Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqih Sunnah bahkan mengkategorikan sebagai puasa yang dilarang jika puasa tersebut hanya khusus di hari Jum’at saja. Dalil yang mendasari dihukumkannya makhruh puasa pada hari Jum’at secara khusus adalah sebagai berikut:
- Abdullah bin Amr meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mendatangi Juwairiyah binti Harits. Ketika itu, Juwairiyah sedang berpuasa pada hari Jum’at. Beliau bertanya kepadanya, “Apakah kemarin kamu berpuasa?” Ia menjawab, “Tidak.” Beliau bertanya lagi, “Apakah kamu besok berpuasa?” Ia menjawab, “Tidak.” Beliau bersabda, “Kalau begitu, berbukalah.” (HR Bukhari dengan sanad Shahih)
- Amir al-Asy’ari berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya hari Jum’at adalah hari raya kalian. Maka janganlah kalian berpuasa, kecuali kalian berpuasa (satu hari) sebelumnya atau setelahnya.” (HR Bazzar dengan sanad Hasan)
- Ali r.a. brrkata, “Barang siapa yang ingin berpuasa sunnah, berpuasalah pada hari Kamis dan janganlah berpusa pada hari Jum’at karena hari Jum’at adalah hari makan, minum, dan dzikir.” (HR Ibnu Abi Syaibah dengan sanad Hasan)
Jika tahu hari Jum’at dimakruhkan untuk berpuasa, lalu mengapa hari Jum’at yang lalu saya melakukannya? Tentang hal ini, saya diperbolehkan melaksanakan Puasa Sunnah pada hari Jum’at sebab hadits berikut:
- “Janganlan kalian mengkhususkan malam Jum’at dengan shalat di antara malam-malam yang lain dan janganlah kalian mengkhususkan hari Jum’at dengan puasa di antara hari-hari yang laian, kecuali salah seorang di antara kalian berpuasa pada hari tersebut karena bertepatan dengan kebiasaan puasanya.”(HR Muslim dengan sanad Shahih)
Ya benar, Alhamdulillah saya memiliki kebiasaan berpuasa sunnah. Entah hari ini adalah puasa sunnah saya yang ke berapa saya sudah tidak pernah menghitung lagi, mungkin bagi saya puasa sunnah yang telah saya lakukan sangatlah berharga sehingga takut untuk menghitung-hitung dan mengingat-ingatnya. Takut jika nanti justru menimbulkan riya’ di hati, takut jika nanti mengurangi dan bahkan menghilangkan keikhlasannya dan sebagainya. Alhamduillah juga, saya memilih puasa sunnah yang paling saya sukai 🙂 : Puasa Sehari Berbuka Sehari Berpuasa, Puasa Nabi Dawud AS, maka dari itu hari ini, Minggu saya juga berpuasa dan kemarin, Sabtu saya berbuka.
MOTIVASI DAN TUJUAN BERPUASA DAWUD
Seingat saya, dahulu saya mengawali rangkaian puasa sunnah dengan berpuasa Senin-Kamis dimulai pada awal semester kelima Sekolah Menengah Kejuruan terlebih dahulu setelah membaca buku di perpustakaan Masjid di kampung saya tentang Fikih Islam. Dalam Bab Puasa saya menemukan sebuah hadits tentang disunnahkannya puasa Senin-Kamis yang berbunyi:
- “Bahwasannya Nabi SAW lebih sering berpuasa pada hari Senin dan Kamis. Kemudian dipertanyakan orang kepadanya tentang alasannya. Maka beliau menjawab: “Sesungguhnya semua amal akan dipersembahkan pada setiap hari Senin dan Kamis, maka Allah pun berkenan mengampuni terhadap (dosa) setiap muslim, atau (dosa) mukmin, kecuali terhadap dua orang yang saling menjauh. Allah berfirman ‘Tangguhkanlah untuk keduanya.” (HR Ahmad)
- Dalam Shahih Muslim Rasulullah bersabda: “Itu adalah hari kelahiranku dan ditunkannya wahyu kepadaku.”
Setelah beberapa lama saya menjalani puasa Senin-Kamis kemudian beberapa teman menganjurkan untuk berpuasa Dawud (Nabi Dawud AS). Cukup lama saya mempertimbangkannya, dari membaca buku-buku fikih hingga bertanya kepada Ustadz-ustadz saya. Jujur saja saya masih meragukan apakah hari Jum’at boleh berpuasa atau tidak, sebab setahu saya ketika itu jika melaksanakan Puasa Daud maka akan melewati hari Jum’at tanpa berpuasa di hari sesudahnya atau sebelumnya dan itu dilarang. Pertimbangan saya menjadi semakin lama ketika saya juga meragukan kemampuan fisik saya. Dengan sangat jujur saya ingin mengatakan, waktu itu saya teringat bahwa saya pertama kali mendengar bahwa “ada” puasa sunnah yang bernama Puasa Daud itu adalah ketika kelas 1 SD, kebetulan SD saya di SD Muhammadiyah. Ketika itu saya merinding, dan jauh dalam benak saya merasa bahwa Puasa Daud adalah puasa yang mustahil bagi saya, sebab Puasa Ramadhan saja saya hanya mampu sampai jam 10 pagi (waktu kelas 1 SD) dan itu masih terekam dengan jelas sampai usia SMK. Dengan beberapa pertimbangan itu, sempat saya memutuskan untuk tetap berpuasa Senin-Kamis, toh puasa Senin-Kamis adalah yang paling umum dilakukan oleh seorang Muslim, banyak temannya.
Namun, akhirnya setelah melewati Ramadhan dan barangkali saya sudah mendapatkan kemantapan hati, setelah Idul Fitri yang waktu itu kalau tidak salah bertepatan dengan bulan Desember, saya memutuskan untuk memulai Puasa Daud di akhir semester kelima Sekolah Menengah Kejuruan. Sebenarnya ada satu hal yang membuat saya sangat tertarik untuk melakukan Puasa Daud ketika itu dan satu hal tersebutlah yang mungkin dapat menyingkirkan berbagai keraguan di dalam hati saya untuk menjalankan Puasa Daud. Adalah hadist berikut, yang membuat saya jatuh cinta:
- “Puasa yang paling disukai Allah ialah puasa Daud, dan shalat yang paling disukai Allah ialah shalat Nabi Daud. Ia tidur sperdua malam, bangun sepertiganya, lalu tidur seperempatnya. Dan adalah ia berpuasa sehari lalu berbuka satu hari.” (HR Bukhari-Muslim dengan sanan Shahih)
Luar biasa, dalam hati saya berkata. Disukai berarti disayangi dan dicintai, dan dicintai oleh Allah SWT adalah sesuatu yang — terpaku dan tidak bisa mengungkapkan dengan apapun, takut kalau ungkapan itu sama sekali tidak sebanding, tidak ada artinya– . Para Nabi adalah kekasih Allah SWT, para Sahabat adalah kekasih Allah SWT, para Wali (termasuk Walisongo <– idola saya) adalah kekasih Allah SWT dan mereka adalah insan kamil yang — terpaku lagi dan tidak bisa mengungkapkan dengan apapun, takut kalau ungkapan itu sama sekali tidak sebanding, tidak ada artinya– . “Yaa Allah.. mampukah saya mencapai derajat itu.” Bimillahirrahmanirrahim, Laa haula wa laa quwwata ilabillah.. akhirnya saya memulai perjalanan panjang saya menjalani sesuatu yang dengan harapan akan membawa saya mencapai tujuan. Duka menjadi Suka, Berat menjadi Ringan (meski berat dipikul sendiri dan ringan juga dijinjing sendiri :)) memang benar apa kata RAIHAN (grup nasyid asal Malaysia) yang ketika awal saya mulai Puasa Dawud lagu-lagunya menemani di malam hari ketika tidur bersama teman-teman di Masjid, kerja bakti di Masjid, atau ketika membaca buku-buku di perpustakaannya — sebuah bait di lirik lagunya –> “Tiada Mustahil di Dunia ini Jika Kita Beriman dan Bertakwa”. Sungguh saat-saat yang indah untuk dikenang (berderai air mata)..
Uniknya Puasa Dawud..
Jika boleh saya utarakan disini, sebenarnya ada satu hal lagi yang membuat saya semakin tertarik dengan Puasa Dawud. Saya ingin mengatakan Puasa Dawud ini adalah Puasa Sunnah paling unik di antara Puasa-puasa Sunnah lainnya, mengapa? sebab puasa ini sebagaimana hadits yang cukup panjang di bawah nanti “mensyaratkan” satu hari harus berbuka (atau tidak berpuasa) baru kemudian berpuasa di hari berikutnya atau sebaliknya, jika tidak berbuka pada satu hari setelah atau sebelumnya maka jelaslah bahwa itu bukan Puasa Dawud. Misal hari ini (Minggu) saya berpuasa maka hari Sabtu kemarin dan besok hari Senin saya harus berbuka karena itu adalah ketentuannya, jika hari Senin saya berpuasa sunnah (Puasa Dawud, Puasa Senin-Kamis dan sebagainya) maka gugurlah rangkaian Puasa Dawud saya atau itu bukan disebut Puasa Dawud lagi karena tidak memenuhi ketentuan meski niatnya adalah Puasa Dawud.
Lalu bolehkah saya menggabungkan dua Puasa Sunnah sekaligus? Sebab banyak orang yang bertanya, apakah boleh melaksanakan Puasa Dawud dan Puasa Senin-Kamis secara bersama-sama. Di kalangan ustadz ada yang berpendapat boleh ada juga yang mengatakan tidak. Pendapat yang boleh mengacu pada pendapat Madzhab Hanafi yang mengatakan bahwa “Apabila dua niat ibadah yang digabung adalah sama-sama sunnah, seperti shalat sunnah fajar dan tahiyyatul masjid, maka sah dua-duanya” <– Anda bisa membacanya di Fiqih Islam Wa ‘Adilatuhu Jilid 1, Bab Pengantar Ilmu Fikih, Halaman 160 – 162–>. Sementara itu yang mengatakan tidak boleh (khusus Puasa Sunnah Dawud) mendasarkan pada hadits berikut:
- Abdurrahman bin Amr berkata, “Rasulullah bersabda kepadaku, ‘Aku telah mendapat iformasi bahwa kamu selalu shalat pada waktu malam dan berpuasa pada waktu siang?’ Aku berkata, ‘Benar ya Rasul.’ Beliau bersabda, ‘Puasalah dan berbukalah, shalatlah dan tidurlah karena sesungguhnya jasadmu memiliki hak terhadapmu, istrimu memiliki hak terhadapmu, dan tamumu memiliki hak terhadapmu. Cukuplah kamu berpuasa tiga hari setiap bulan.’ Aku menambah beban terhadap diriku sendiri, maka beliau menambah beban terhadapku. Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesunggunya aku masih kuat lagi.’ Beliau bersabda, ‘Berpuasalah tiga hari dalam satu minggu.’ Aku menambah beban terhadap diriku sendiri, maka beliau menambah beban terhadapku. Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesunggunya aku masih kuat lagi.’ Beliau bersabda, ‘Berpuasalah seperti Puasa Nabi Dawud dan janganlah kamu menambahinya.’ Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah puasa Dawud itu?’ Beliau bersabda, ‘Dawud berpuasa satu hari dan berbuka satu hari.” (HR Bukhari – Muslim)
Dalam hadits tersebut jelas mengatakan bahwa Puasa Dawud itu adalah Puasa Sunnah yang paling “pol” dan kita dilarang untuk menambahinya. Lalu, bagaimana dengan saya? Seingat saya, selama ini saya tidak pernah meniatkan dua Puasa Sunnah sekaligus dan jika Bulan Ramadhan tiba saya akan menghentikan Puasa Dawud saya. Saya juga akan tidak berpuasa jika hari-hari tasyrik karena saya mengetahui bahwa Puasa Sunnah di hari tasyrik adalah haram hukumnya yang berarti jika dikerjakan justru akan mendapat dosa. Namun, demikian saya pernah menunda Puasa Dawud saya selama 6 (enam) hari untuk melakukan Puasa Sunnah Syawwal dan itupun hanya pada suatu Tahun saja.
Jika Anda ingin meniatkan Puasa Dawud dengan Puasa Senin-Kamis secara bersamaan maka jadwal Puasa Sunnah anda adalah: Senin berpuasa, Selasa berbuka, dan Rabu berpuasa –hentikan rangkaian Puasa Dawud anda pada hari Rabu dan mulailah kembali pada hari Kamis– maka: Kamis berpuasa, Jum’at berbuka, Sabtu berpuasa, Minggu berbuka, Senin berpuasa, Selasa berbuka, Rabu berpuasa –hentikan rangkain Puasa Dawud-nya lagi pada hari Rabu dan mulailah kembali pada hari Kamis demikian seterusnya maka anda akan selalu dapat menggabungkan dua Puasa Sunnah sekaligus yaitu Puasa Dawud dan Puasa Senin-Kamis. Namun demikian, menurut saya akan lebih afdol jika Anda melaksanakan Puasa Dawud tanpa henti dan tidak perlu menggabungkan niat dengan Puasa Sunnah lainnya sebab Nabi Dawud AS hanya melakukan Puasa Sehari Berpuasa, Sehari Berbuka seumur hidupnya dan seumur hidupnya pula Beliau memperoleh mukjizat untuk melunakan besi, memiliki suara merdu dan mukjizat lainnya serta seumur hidup juga Beliau memiliki istri 100 orang dan menjadi Raja Bani Israel.
Catatan: Nabi Dawud AS itu lebih “sakti” dari siapapun, istrinya juga lebih banyak dan lebih harmonis dari siapapun (kecuali istri Nabi Sulaiman AS yang jumlahnya 1000 — tapi Beliau adalah juga Nabi dan putra dari Nabi Dawud AS) terus Takhta Kerajaannya juga bertahan sangat lama dan Beliau Kaya Raya. Jadi daripada Anda berpuasa yang bukan Sunnah Rasul atau tidak ada tuntunannya dalam Syariat Islam (Puasa Kejawen — bagi orang Jawa) untuk sekadar mendapatkan Ajian Pancasona, Ajian Rawe Rontek, Ajian Tameng Waja, Ajian Pengasih “Wijaya Kusuma”, Ajian Penglarisan, Pesugihan dan sebagainya warisan dari (mohon maaf Kanjeng, tidak bermaksud kurang ajar dan takabur) Kanjeng Sunan, Warok, Ki Ageng, Ki Gede dan Para Kanjeng-kanjeng lainnya. Lebih baik Anda berpuasa Dawud, MESKI tidak akan pernah mendapatkan apa yang didapatkan oleh Nabi Dawud AS karena itu adalah Mukjizat dari Allah SWT khusus untuk para Nabi dan Rasul-Nya setidaknya Anda akan “mewarisi” semangatnya “Spirit The Dawuder” :). Sebab Mukjizat dan Karamah tidak bisa diwariskan oleh dan untuk siapapaun dengan amalan, do’a-do’a wirid yang dihafalkan dan sebagainya. Mukjizat dan Karamah hanyalah Allah SWT yang memilikinya :). Karena itulah Anda harus meniatkan Puasa Dawud Anda hanya untuk Allah SWT semata tidak perlu (ditambah) niat biar ini dan biar itu. <– paragraf ini hanya selingan, jika Anda merasa tidak perlu membacanya silakan lewati ketika ingin membaca ulang postingan ini dari atas :).
SUKA DUKA MENJALANI PUASA DAWUD
Kalau boleh saya memberikan bocoran, sebenarnya pada paragraf inilah inti dari tulisan saya yang saya tulis dengan kecepatan sedikit lebih cepat dari tulisan-tulisan biasanya (biasanya ada gambarnya soalnya — jadi lama –). Ada banyak hal menyenangkan, ada banyak hal lucu dan ada banyak hal yang mengesalkan dan bahkan menyakitkan hati selama saya menjalani Puasa Daud. Dari masa di SMK, Masa Kuliah, Hingga Saat ini (Astaghfirullah wal Hamdulillah).
Senangnya..
Benar dan tepat sekali apa yang dikatakan Rasulullah SAW dalam hadits Nabawi berikut
- “Orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan: (1) apabila berbuka, ia gembira dengan bukanya, (2) dan apabila bertemu dengan Tuhannya, ia gembira dengan puasannya.” (HR Muslim — sesungguhnya hadist ini cukup panjang dan kalimat hadits di atas adalah kalimat yang paling akhir)
Pada waktu Sekolah dan Kuliah saya selalu berjalan kaki, kemudian naik angkot dan berjalan kaki kembali menuju ke kampus/sekolah. Kebeteluan juga waktu di SMK dan Kuliah saya mengambil Prodi Teknik, yaitu Teknik Elektronika karena itu jadwal praktikumnya sangat padat sehingga sejak SMK saya sudah terbiasa berangkat pagi dan pulang sore dan sering juga malam demikian juga ketika kuliah.. yaa.. kira-kira 11 untuk masa SMK dan 12 untuk masa kuliah (maksudnya masa kuliah sedikit lebih berat :)). Karena waktu itu uang saya kira-kira hanya cukup untuk bayar angkot tiap harinya, maka saya sering menahan untuk berbuka beberapa saat sampai tiba di rumah sekitar Maghrib menjelang Isya’. Dengan jarak Kampus ke Rumah saya yang sekitar 1/2 jam jalan kaki dan 1/2 jam naik angkot maka terkuraslah tenaga saya setiap pulang sore dan akhirnya sungguh nikmatnya saat berbuka puasa di rumah (kalau pulang malam biasanya saya beli air putih dulu untuk sekedar berbuka dengan tetap menahan makannya hingga sampai di rumah).
Kemudian ada kalanya saya menyempatkan diri untuk bangun malam, biasanya sekalian makan sahur. Saya selalu menyempatkan shalat tahajud, dan ketika itulah saya mencoba (kalau bahasa kerennya “curhat”) kepada Allah SWT tentang segala hal, sambil nangis-nangis (tapi tidak meratap-ratap ;)). Saat itulah saya merasa sangat dekat dengan Allah SWT dan legalah perasaan saya. Hingga pada suatu ketika saya dan beberapa teman saya lainnya ditanya oleh seorang teman yang usianya lebih tua dari saya di Masjid di Kampung saya, bagimu Allah SWT itu siapa? teman saya ada yang menjawab Allah SWT adalah Tuhan Yang Haq untuk disembah yang setiap hari kita wajib menyembahnya. Ketika giliran saya menjawab saya mengatakan bahwa Allah SWT itu selain sesembahan saya, hampir setiap hari saya juga curhat dengan-Nya dan ketika saya menemui dua pilihan atau lebih saya selalu bertanya jalan mana yang harus saya pilih karena Allah SWT yang lebih tahu dari siapapun di muka Bumi ini. Kemudian teman saya mengomentari, berarti Allah SWT itu adalah Tuhan dan teman setia bagimu (Insya Allah).
Lucunya..
Jujur saya sudah mencarikan hal terlucu saat-saat pengalaman saya ketika menjalankan Puasa Dawud. Namun jika ternyata memang tidak lucu ya apa boleh buat “Tiada Sule, Saya pun Lucu”. Sebenarnya memang tidak lucu, cuma saya merasa geli bercampur heran saja dengan beberapa pertanyaan sahabat-sahabat saya baik di Sekolah, Kampung, saat Kuliah, dan saat bekerja. Baik teman sekolah, kuliah maupun bekerja selalu bertanya “Kok hari Rabu Puasa? Puasa Apa?”, “Kok hari Minggu Puasa? Puasa Apa?” atau kalau tidak “Ini hari Senin Apa? Kok Puasa?”, “Ini hari Kamis Apa? Kok Puasa”.. Kalau ada pertanyaan seperti itu biasanya saya tidak marah, namun saya juga tidak pernah bilang kalau saya Puasa Dawud. Biasanya saya akan menjawab:
“Puasa Sunnah itu, dari sekian banyak jumlahnya (yang disepakai oleh para ulama ada 9) hanya puasa Senin-Kamis yang jelas harinya yaitu dilaksanankan pada hari Senin dan Kamis saja, puasa-puasa sunnah lainnya sebagian besar didasarkan dengan tanggal misal Puasa Putih dilaksanakan setiap tanggal 13, 14, dan 15 di tiap bulan Hijriyah. Tanggal 13 itu bisa saja jatuh pada hari Minggu, Rabu dan sebagainya”.
Dengan jawaban seperti itu biasannya mereka kemudian cukup jelas dan kemudian mengakui ketidaktahuannya atau kelupaannya dengan mengatakan, “gitu toh” atau “iya ya”. Namun biasanya disusul pertanyaan lainnya, “lhah kowe Pasa Apa? Iki Asyura Pa? Padang Bulan Pa? Syawwal jelas Udu? Lhah Pasa Apa?” kalau begitu (secara bercanda) saya akan menjawab “Berarti Rahasia”. Kalau mereka kemudian menebak “Puasa Daud Ya?” baru saya mengangguk. <– Saya memang ada-ada saja hahaha..
InsyaAllah pada tulisan-tulisan berikutnya saya akan membahas mengenai Puasa (anggap saja tulisan ini sebagai pembuka SPESIAL MOMEN: Ramadhan di Blog Saya 1434 H)
Kesalnya..
Sebenarnya kekesalan pada segmen ini maksudnya tidaklah benar-benar kesal atau jengkel dan kalaupun memang ada rasa jengkel di hati itu hanya di awal saja. Banyak dari sahabat, orang-orang kampung, dan orang-orang lainnya bertanya kepada saya “Kamu Puasa biar cepat dapat jodoh apa? Kamu Puasa biar semua keinginannya terkabul? kamu pengin apa sebenarnya?”. Sungguh jika ada pertanyaan seperti itu awalnya saya kesal, namun karena kemudian saya menyadari bahwa semua pertanyaan itu tidaklah menjadi tujuan saya dalam menjalankan Puasa Dawud maka dengan cepat rasa kesal itu hilang (maksudnya kalau memang tidak seperti itu, kenapa harus kesal). Meski demikian, rasa kesal saya mungkin lebih kepada (mohon maaf) saya merasa direndahkan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu, mengapa? sebab orang-orang yang berniat ibadah karena keinginan duniawi itu adalah orang yang rendah keimanannya dan ketakwaannya. Dengan adanya pertanyaan seperti itu, maka orang-orang yang bertanya kepada saya tentunya menganggap saya adalah orang yang beribadah hanya karena ingin mengejar sesuatu yang ada di dunia ini (Astaghfirullahal adzim.. ampunilah aku ya Allah). Tapi seperti yang saya katakan, saya tidak perlu kesal karena memang tidaklah seperti yang (mungkin) mereka kira.
Untuk lebih menghargai orang-orang yang bertanya kepada saya mengenai hal-hal tersebut di atas, maka biasanya saya akan menjawab:
“Bukankah tidak akan diterima suatu amalan yang tidak ditujukan kepada Allah SWT? alangkah ruginya saya berlapar-lapar kalau kemudian Allah SWT tidak akan menerima amalan puasa saya”. Lagi pula sangat jelas sabda Rasulullah SAW:
- “Sesungguhnya (sahnya) amal-amal perbuatan adalah hanya bergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap seseorang hanya akan mendapatkan apa yang diniatinya. Barangsiapa hijrahnya karena Allah SWT dan Rasul-Nya, maka hijranya dicatat Allah SWT dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya karena untuk mendapatkan dunia atau (menikahi) wanita, maka hijrahnya adalah (dicatat) sesuai dengan tujuan hijrahnya tersebut” (diShahihkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Majah, Imam Ahmad)
Menurut Imam Nawawi yang dimaksud amalan dalam hadits tersebut adalah amalan ketaatan (untuk mencapai ketakwaan) atau amalan syara’ bukan perbuatan (yang tidak bernilai sama sekali dan tidak akan mendaptkan pahala). Bagi saya tujuan ibadah Puasa Dawud saya adalah sebagaimana dalam hadist mengenai disunnahkannya Puasa Dawud yang sudah saya paparkan pada segmen MOTIVASI DAN TUJUAN BERPUASA DAWUD di atas. Nah, bagi Anda yang selama ini beribadah dengan tujuan bukan mencari Ridha Allah SWT, bukan untuk Allah SWT dan Rasul-Nya, silakan luruskan kembali niat Anda. Allah SWT pasti akan menandai setiap hamba-Nya yang berniat ibadah hanya untuk Allah SWT dengan tanda yang jelas untuk membedakannya dengan orang lain (jadi tidak perlu juga menunjuk-nunjukkan kalau kita beribadah Puasa Dawud atau ibadah yang lain kepada orang lain dengan tujuan agar orang lain tersebut tahu, kecuali niatnya untuk mengajak beribadah).
HASIL DAN MANFAAT PUASA DAWUD
Saya yakin inilah yang banyak ingin diketahui oleh orang yaitu tentang hasil dan manfaat apa yang bisa diperoleh dengan melaksanakan Puasa Dawud. Apakah dengan berpuasa Dawud akan sakti seperti Nabi Dawud AS yang besi saja bisa lunak? bisa memiliki istri banyak dan harmonis rumah tangganya? bisa menjadi Raja yang Kaya Raya? jawabnya TIDAK BISA seperti itu, sebab:
(1) dasar disyariatkannya Puasa Dawud karena ada kasus seorang sahabat yang bernama Abdurrahman bin Amr RA yang sangat semangat untuk melakukan Ibadah Puasa, sehingga ia lupa kewajibannya sebagai suami terhadap istrinya, dan ia tidak mempedulikan kesehatan fisiknya. Sehingga ketika Rasulullah SAW memberikan saran agar berpuasa Putih (Shiyamul Bidhl) yaitu 3 (tiga) hari dalam sebulan yang pahalanya 10 kali lipat sehingga jika berpuasa 3 (tiga) hari tersebut akan mendapatkan 30 pahala (berarti 1 hari 1 pahala) dan jika setiap bulan berpuasa akan sama dengan berpuasa selama setahun penuh, Abdurrahman bin Amr RA menolak. Kemudian Abdurrahman bin Amr RA menolak lagi ketika ditawarkan puasa 3 (tiga) dalam seminggu. Dan akhirnya menerima ketika ditawarkan Puasa Dawud karena Rasulullah SAW bersabda “tidak ada puasa yang lebih baik dari itu”. (Anda bisa melihat hadits-nya di atas)
(2) mukjizat Nabi Dawud AS adalah milik Allah SWT yang tidak bisa diturunkan kepada siapapun dan oleh siapapun (kecuali Allah SWT) melalui amalan, do’a-do’a wirid yang dihafalkan dan sebagainya. Demikian juga dengan karamah para Wali Allah SWT.
(3) Puasa Sunnah yang disunnahkan dalam Syairat Islam tidak ditujukan sebagai syarat memperoleh “ilmu-ilmu kesaktian” untuk kepentingan keduaniaan. Sebab Allah SWT hanya akan menerima Ibadah dari seseorang jika niatnya hanya untuk Allah SWT semata tidak ditambahkan biar ini dan biar itu. Dan pahala Puasa-puasa tersebut hanya untuk kehidupan akhirat kelak.
Lalu apa manfaat Puasa Dawud?
(1) diakhirat akan mendapatkan Syurga dan akan melewati pintu yang bernama Ar-Rayyan sebagaimana hadits Rasulullah SAW
- Dari Umamah berkata, “Aku mendatangi Rasulullah. Aku berkata, ‘Perintahkan aku untuk melakukan amal yang dapat memasukanku ke dalam surga.’ Beliau bersabda, ‘Puasalah, karena sesungguhnya tidak ada (pahala ibadah) yang dapat menyamai puasa.” Aku mendatangi beliau kedua kalinya. Beliau bersabda ‘Puasalah.” (HR Ahmad)
- Sesungguhnya surga itu memiliki pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan. Pada hari Kiamat, dikatakan, ‘Di manakah orang-orang yang berpuasa?’ Apabila orang yang terakhir di antara mereka telah masuk, pintu tersebut ditutup.” (HR Bukhari – Muslim)
(2) akan dijauhkan dari api neraka sebagaimana dijauhkan dari api neraka sebagaimana hadits Rasulullah SAW
- “… Puasa adalah tameng. Apabila salah seorang di antara kalian berpuasa, janganlah ia berkata kotor dan janganlah ia bertindak bodoh. Apabila seseorang ingin bertengkar dengannya atau mencacimakinya hendaklah ia berkata, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa, ‘dua kali … .” (HR Jamaah) <– maka dari itu jujur saja saya paling segan dengan orang yang berpuasa (dengan niat karena Allah SWT, InsyaAllah Allah SWT menandainya) karena mereka sedang menggunakan tameng yang neraka saja tidak mampu menembusnya, bayangkan jika manusia yang mengganggunya (padahal manusia itu hancur lebur jika masuk ke neraka) 🙂 –> sebenarnya makna hadits ini lebih ditujukan kepada si pelaku Puasa, “jika kamu memang berniat puasa, biarkan saja mereka yang mengganggumu dan jangan kamu ladeni cukuplah Allah SWT sebagai pelindungmu dan Allah SWT sebaik-baiknya pemberi perlindungan”.
- “Tidak ada (balasan) bagi seorang hamba yang berpuasa di jalan Allah pada suatu hari, kecuali dengan hari tersebut Allah menjauhkan wajahnya dari neraka selama tujuh puluh tahun.” (HR Bukhari – Muslim)
(3) akan menerima pahala langsung dari Allah SWT sebagaimana hadits Qudsi berikut
- (Allah berfirman,) ‘Setiap amal anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa karena sesungguhnya puasa itu untukku dan Aku akan membalasnya.”
(4) jika Anda berhasil mencapai derajat takwa, maka Puasa Dawud yang Anda lakukan akan mengantar Anda menikmati buah ketakwaan selama hidup dunia dan akhirat. Sebab tujuan Puasa secara umum adalah agar kita (manusia) menjadi insan yang bertakwa kepada Allah SWT. (Anda bisa membaca Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 183)
(5) jujur saja setiap orang biarpun sama-sama Puasa Dawud dan lamanya pun sama, namun kualitasnya pastilah berbeda-beda. Dan karena itu hasil dari setiap orang pasti juga akan berbeda. Jika niatnya sama-sama karena Allah SWT tapi kadar keimanannya juga berbeda pastilah Allah SWT lebih jeli dalam menilainya, lebih jeli pula untuk memberikan balasan Wa wallahu a’lam bishshowab.
(6) bagaimana dengan pengalaman spiritual/kerohanian? jujur saja meski saya berat untuk mengatakannya, pastilah ada hal-hal semacam itu (Astaghfirullahal adzim). Tapi akan lebih bijaksana jika saya tidak mengatakannya. Sebab bagi Anda yang ingin memulai Puasa Dawud saya yakin akan lebih tertarik pada hal ini, dan lebih tertarik untuk mendapatkan hal ini dari pada untuk meluruskan niat hanya karena Allah SWT semata. Haqul Yaqin saya mengatakan jika Anda tidak berniat semata-mata karena Allah SWT Anda tidak akan memperoleh pengalaman spiritual apapun kecuali hanya lapar dan dahaga. Pengalaman spiritual itu tidaklah penting, yang terpenting adalah tetap lurus mengikuti Syariat Islam dalam melaksanakan Puasa Dawud.
(7) manfaat secara kesehatan itu jelas ada dan Anda dapat membacanya dari tulisan para dokter, ilmuwan, dan praktisi kesehatan tentang manfaat Puasa untuk kesehatan dari hasil penelitiannya. Kalau anda bertanya kepada saya tentang manfaat Puasa Dawud bagi kesehatan saya? Saya akan menjawab, betul apa yang dikatakan Prof. Hembing Wijayakusuma <– bener ya namanya?
(8) Masih banyak lagi pokokmen.. 🙂
Saya belumlah mencapai seperti yang tesebut di atas, saya hanyalah seorang anak muda yang ingin belajar dan beribadah kepada Allah SWT dengan segala daya dan upaya (meski daya dan upaya itu datangnya dari Allah SWT). Jadi marilah kita bersama-sama berpuasa Dawud untuk memperoleh cinta Allah SWT, dekat dengan Allah SWT dan menjadi insan bertakwa.. monggo dipun cobi.. 🙂 . btw boleh saja kita berpuasa dengan puasa “warisan ” Nabi Dawud AS, sebab Rasulullah SAW pun berpuasa dengan “warisan” Nabi Musa AS yaitu Puasa Asyura yang tidak pernah beliau tinggalkan, namun Rasulullah SAW adalah insan utama dan yang paling dicintai Allah SWT, maka marilah kita tetap berpegang teguh pada Sunnah Rasulullah SAW agar luruslah jalan kita.
Wassalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh
_____________________________________________________________________________
— Jika aku tidak berjanji kepada-Mu, barangkali aku tidak menerbitkan tulisan ini– Astaghfirullah 3x
MasyaAllah, suka sekali~
saya belum pernah mengamalkannya karena mengambil sunnah senin kamis. Tapi ternyata luar biasa ya 😀 Allahu Akbar! jadi kepengen~
Coba coba coba mbak.. tapi memang kalau wanita agak berat.. dulu pas jaman kuliah banyak teman2 cewe yang pengin mengamalkan puasa dawud tapi mereka terlahang (maaf) “tamu bulanan” katanya, dan sayang sekali akhirnya mereka urung mengamalkannya..
subhanallah alhamdulillah..terimakasih sudah diingatkan 🙂
http://hariyantowijoyo.blogspot.com
alhamdulillah dengan saling mengingatkan semoga kita bisa menjadi insan yang bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa InsyaAllah.. Salam kenal Pak, terima kasih atas kunjungannya..
kamu puasa? ga kaget. wes reti
panjaaaaaang banget artikelnya, di jadiin beberapa postingan aja. post ke 1 tentang puasa daud, ke 2 manfaat, ke 3 suka duka (pengalaman), satu tema jadi beberapa artikel. lumayaaan
saya? amaca.. aku nemu blog SMK 3 Jogja: http://smkn3jogja.wordpress.com tapi kok peringkat 7.xxx.xxx by alexa ya.. kurang bagus mungkin? ana photone guru Pramuka barang saiki dadi WKS 3 selama 3 periode..
iya cyiiiiin..
aku wes nemu iku suwe,cuma ga pernah mampir
apa iku cyiiiiin?
moso koe ra reti. kan nek wengi koe koyo ngono
??? ??? ??? welah aku kira ra ngerti tenan jew.. malah soyo ra ngerti.. turu mesti? zzzzzzzzzzzzzz
hahahahahahaha..rasah dipikir
hahahahahaha.. sak karepmu.. wingi sida melu reunian ra?
ora
aku yo ora.. untung aku gak sido ngampiri wingi..
bojoku lara,masuk angin. dadi ra melu
lak yo ngeroki to kwe kudune.. suwe gak dibelai iku.. is is is
haqhahahahahaha
masyaAllah
alhamdulillah.. jazakumullah
saya baru tahu sejarah puasa dawud. posting yang bagus. 😀 dan juga panjang.
barangkali bisa dibilang terlalu panjang postingannya 😀
mantab mas kalo pas kita puasa itu terus bentrok dengan undangan pernikahan terus kita disuruh makan,terus aku makan deh,krna klo gak makan aku gak kepenak .klo begitu gmana puasanya gagal enggak ???? mohon pencerahanya
Ada banyak pendapat mengenai hal ini mas… disatu sisi ibadah puasa sunnah adalah ibadah khusus untuk Allah SWT (pribadi), disisi lain kita juga harus mengikuti Sunnah Rasulullah SAW yang mewajibkan kita untuk mendatangi walimatul ‘ursy (dan menyantap hidangannya).. Kalau saya tetap melanjutkan puasa dan mengatakan sejujurnya kepada shahibul bait, karena apapun yang sudah kita niatkan dari awal sudah seharusnya kita selesaikan (apalagi urusannya dengan Allah SWT).. Jika puasanya batal atau tidak? jelas batal mas, karena salah satu hal membatalkan puasa adalah makan dan minum. Tapi kalau pahala puasanya batal atau tidak hanya Allah SWT yang mengetahui (karena menjalankan Sunnah Rasulullah SAW adalah merupakan ridha Allah SWT juga).. semoga berkenan, salam kenal
aku ingat inti sebuah hadist (tapi maaf, aku lupa nama perawi dan kata-katanya) seorang sahabat datang di walimatul ‘ursy dan saat itu sedang puasa, ia tidak makan minum, ditanya nabi, dijawab oleh sahabat bahwa puasa sunnah, nabi berkata ‘berbukalah’.
Maaf. aku punya bukunya tapi lupa kata-kata dalam hadist tersebut
aku googling dulu
ini dapet..
Ini berdasarkan hadits Abu Said Al-Khudri radhiallahu anhu. beliau mengatakan: “Saya membuat makanan untuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika makanan tersebut dihidangkan, seseorang berkata, “Saya sedang berpuasa.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Saudaramu telah mengundangmu dan telah bersusah payah karenamu, berbukalah dan berpuasalah di lain hari sebagai penggantinya jika engkau mau.” (HR. Al-Baihaqi: 4/279 dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Al-Irwa` no. 1952)
namun..ada hadist yang berkata..
“Orang yang berpuasa sunnah lebih berhak atas dirinya, jika ingin maka boleh membatalkan atau menyempurnakan puasanya.” (HR. Ahmad no. 25658 dan At-Tirmizi no. 664)
tidak perlu bingung, hal ini berarti apapun pilihannya, hal tersebut telah diperbolehkan.
Imam Hanafi dan Maliki memang mewajibkan seseorang untuk melanjutkan puasa sunnahnya dan melarang untuk membatalkannya jika tanpa uzur yang kuat (keadaan darurat), hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Muhammad: 33 “”..dan janganlah kamu merusak segala amalmu”. karena ibadah puasa sunnah yang telah dimuali adalah amal yang telah menjadi hak Allah SWT maka kita wajib menyempurnakan..
Sedangkan menurut Imam Syafi’i dan Hambali memakruhkannya dengan dasar dalil yang sama.
Nah, tentang membatalkan puasa sunnah saat walimatul ‘ursy sudah disampaikan teman saya di atas dan itulah uzurnya. Namun demikian jika anda memang lebih suka meneruskan karena mungkin dalam hati akan menyesal karena puasa sunnah dawud susah mencari hari pengganti –> bahkan mungkin tidak ada, dalilnya juga sudah disampaikan teman saya di atas.. jadi silakan memilih, semua boleh.. 🙂
dari hadits HR. Al-Baihaqi: 4/279 dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Al-Irwa` no. 1952)
berarti boleh di qodo begitu ???
terus apabila puasa kita bolong 1 hari ,apakah kitaq harus memulai lagi dari nol? lalu bgmana dengan puasa bulan2 sebelumnya?apakah tidak mndapat apa?
mohon pncerahanya ..masi nubie bget sya.
Puasa Dawud afdolnya memang seumur hidup mas.. tapi kita bebas melakukannya meski cuma satu minggu saja, apalagi puasa ini tergolong puasa berat, Rasulullah SAW pun tidak melaksanakan puasa ini (beliau paling sering melaksakan puasa Asyura, senin-kamis tidak selalu)..
menurut hadits di atas kita bisa mengganti puasa sunnah kita dihari lain.. jika walimatul ‘ursy itu kan kita sudah tahu dari waktu2 sebelumnya, jadi lebih baik tidak usah meniatkan puasa pada hari walimatul ‘ursy berlangsung dan kita bisa memulai rangkaian puasa dawud lagi dihari kemudian.. karena sebisa mungkin kita tidak memutuskan segala sesuatu (ibadah) yang sebelumnya sudah kita niatkan kepada Allah SWT atau dengan kata lain ibadah yang sudah kita mulai harus kita sempurnakan.. Datang di acara resepsi itu wajib namun menyatap hidangan adalah sunnah (karena puasa sunnah hanya tidak boleh dikerjakan di dua hari raya, hari2 tasyriq, dan di hari jum’at dan sabtu secara khusus)..
meski kita bolong satu hari, puasa sunnah terdahulu tetap sah apabila memenuhi syarat sah dan wajibnya, jika tentang pahala pastinya hanya Allah SWT yang tahu yang terpenting kita melaksanakan ibadah sebaik mungkin dan mengikuti syariat Islam..
Ass…Insya Allah saya jg sdg “belajar” mengamalkan puasa nabi daud.Yg mau saya tanyakan,bagaimana sebaiknya saya lakukan mengamalkan puasa nabi daud tetapi saya jg mau mengganti puasa2 ramadhan saya yg dulu2nya yg blm saya “lunas”kan penggantian puasanya.Gimana bagusnya ya….
Wa’alaikumsalam wr. wb. ..
mbak chalisa harus melunasi puasa ramadhan dahulu sampai selesai baru kemudian menjalankan puasa sunnah seperti puasa daud atau yang lainnya..
sebab amalan wajib itu lebih utama dibandingkan amalan sunnah, yang jika meninggalkannya akan mendapatkan dosa..
dalam hal ibadah shalat, shalat sunnah atau tathawu’ adalah amalan untuk menyempurnakan shalat fardhu yang berarti shalat fardhu jelas lebih utama daripada shalat sunnah..
Assalamu’alaikum..
Mau tanya Mas, jika pola puasanya adalah Senin-Rabu-Kamis-Sabtu, apakah hal ini masih disebut puasa daud? Pada awalnya saya lakukan puasa sehari dan buka sehari, namun krn pola spt itu tidak selalu hr minggu dalam keadaan berbuka sedangkan istri ingin ada ksmpatan rutin bagi keluarga utk makan di luar pd hr minggu, maka pnggabungan puasa daud dgn puasa Senin-Kamis menjadi alternatif yg bisa saya lakukan. Tp apakah ini berarti puasa hr Kamis diniatkan sebagai puasa sunnat Senin-Kamis dan puasa hr Senin diniatkan sebagai puasa sunnat Senin-Kamis sekaligus puasa daud? dan puasa di hari yg lain (Rabu dan Sabtu) diniatkan sbg puasa daud? Apakah tepat yg saya lakukan?
Terima kasih. Wassalamu’alaikum
Wa’alaikumsalam.. yang disebut puasa daud adalah sehari berpuasa sehari berbuka dan itu adalah satu rangkaian puasa daud, jika hari senin berpuasa hari selasa berbuka.. kita bisa melaksanakan puasa daud satu rangkaian saja atau bahkan boleh seumur hidup, karena memang tidak disebutkan batasan berapa lama pelaksanaan puasa daud itu..
jika pola senin-rabu-kamis-sabtu jelas itu bukan puasa daud karena rabu dan kamis adalah hari berdekatan, kecuali memang bapak meniatkan hari rabu menghentikan rangkaian puasa daud dan mulai lagi hari kamisnya..
tulisan saya di atas hanya sebuah alternatif bagi yang ingin berpuasa daud dan senin-kamis, namun melaksanakan puasa daud saja lebih baik sebab hadis Rasulullah SAW mengatakan “..‘Berpuasalah seperti Puasa Nabi Dawud dan janganlah kamu menambahinya.”.. lagi pula puasa daud adalah puasa yang paling pol..
jika bapak ingin berpuasa daud tanpa melewati hari minggu bisa saja bapak berpuasa hari senin-rabu-jum’at, meski selasa, kamis dan sabtu tidak berpuasa Insya Allah masih dalam satu rangkaian karena hari sebelumnya berpuasa..
jika tentang menggabungkan niat dua ibadah sunnah, semuanya diperbolehkan..
demikian, jika ada kekeliruan mohon bisa diluruskan..
Sebetulnya saya sedang mencari cara utk bisa tetap berpuasa daud sambil tetap memberikan hak istri sebagaimana sabda Rasul.
Mengenai alternatif yg Mas Ariyanta usulkan bahwa kita bisa memutus rangkaian puasa daud, saya masih belum paham Mas.. apakah hal itu bisa dilakukan dgn cara meniatkannya dari awal Jadi saat sahur di hr Senin kita berniat melakukan puasa daud pada Senin dan Rabu. Dan pada saat sahur di hr Kamis, kita niatkan utk puasa daud pada Kamis dan Sabtu. Apakah seperti itu, Mas?
Mohon penjelasannya. Terima kasih
saya kira akan lebih jelas jika bapak memulai puasa daud hari kamis, tidak dimulai hari senin sebagaimana saya postingkan di atas..
jika kita memulai puasa daud hari kamis, maka hari jum’at berbuka, sabtu berpuasa, minggu berbuka, senin berpuasa, dan selasa berbuka, dan rabu berpuasa.. maka dari itu kita sudah berpuasa daud selama satu minggu..
karena kita juga ingin berpuasa senin-kamis maka, hari kamis sesudahnya kita puasa lagi dan seterusnya sampai hari rabu.. dan dengan demikian kita juga akan berpuasa pada hari senin..
kalau masalah niat, tetap kita niatkan dihari dimana kita berpuasa.. sebab menurut Imam Syafi’i niat juga meruapakn rukun puasa.. Kita tahu puasa ramadhan meski wajib dilaksanakan selama satu bulan, niat harus setiap hari dilakukan dan jika tidak, maka puasanya (dihari itu) tidak sah.. sedangkan amalan sunnah ketentuan niatnya sama dengan amalan wajib/ramadhan (bisa dibaca di Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 1 hal 127-194)
dari semua itu yang terpenting kita tetap berpegang pada hadits yang menyatakan bahwa “..Wahai Rasulullah, apakah puasa Dawud itu?’ Beliau bersabda, ‘Dawud berpuasa satu hari dan berbuka satu hari.”
demikian,,
OK, saya kira cukup jelas. Terima kasih..
Semoga Allah memudahkan, melancarkan, menguatkan, dan menerima ibadah puasa dawud kita.. aamiin ya robbal ‘alamiin
iya pak sama2, mohon maaf jika penjelasannya kurang bagus.. Saya kira untuk lebih memantapkan, bapak juga bisa sharing kepada saudara2 kita yang lebih berpengalaman menjalani puasa daud.. sepertinya sudah ada website khusus bagi komunitas puasa daud, kalo tidak salah namanya Majelis Puasa Daud di http://www.saumdaud.net .. tapi saya sendiri belum bergabung kesana..
Amin Yaa Robbal ‘Alamin pak, yang terpenting memang ridho Allah SWT 🙂
terima kasih, jazakumullah khairan katsir
Makasih banyak atas info nya,, dan alhamdulilah, setelah membaca tulisan ini , saya langsung menjalankan puasa daud,, dan mudah mudahan , saya bisa seperti anda, yang sudah bertahun tahun menjalankan puasa daud. amin…
Alhamdulillahri rabbil ‘alamin.. teirma kasih juga mbak sudah mengunjungi blog saya dan memberikan komentar..
Semoga istiqomah.. tapi ya knapa seperti saya? kenapa tidak seperti Rasulullah SAW saja, beliau tauladan yang sebenarnya.. kita tidak akan kecewa kalu meneladai Rasulullah SAW 🙂
yup, benar banget, memang kita harus mencontoh atau meneladani Rasulullah SAW karena dialah pimpinan kita,,,,tapi menurut saya orang anda juga motivator saya,, karena dizaman yang sekarang ini yang banyak godaan, anda bisa melaksanakan puasa daud..
maaf selama saya hidup 30 tahun sampai hari ini,, yang saya tahu baru 1 orang yang melaksanakan puasa daud, ,jadi saya cukup salut dengan anda.. yang sudah terbiasa puasa daud… makasih….
begitu ya? saya kira sudah banyak teman2 kita yang sudah menjalankan puasa daud bahkan beliau2 sudah membuat komunitas dan membuka forum tanya jawab..
tapi saya yakin dengan menjadikan Allah SWT dan Rasul-Nya sebagai motivator, akan membuat kita selalu semangat dan istiqomah dalam menjalankan puasa daud.. sebab manusia adalah manusia biasa yang karena kekuatan dari Allah SWT sajalah kita menjadi mudah dalam melaksanakan kewajiban dan sunnah Rasul..
terima kasih, selamat menjalankan puasa daud dan semoga istiqomah..
Terima kasih atas informasi dan artikelnya.
Mudah-mudahan dapat mengurangi rasa penasaran saya selama ini.
Syukron!
jazakumullah khairan katsir atas kunjungan dan komentarnya Pak Hidayat..
ngomong2 penasaran tentang apa ini Pak? 🙂
subhanallah..smg diberi kekuatan dr Allah utk amal puasa daud ikhlas semata mata krn Allah tampa berkehendak kelebihan kelebihan dunia…ALlLAHUAKBAR…
Amin Yaa Robbal ‘Alamin, Pak Cik.. ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR
Assalamualaikum,,
sebelumnya terima kasih untuk postingan yang bermanfaat ini, jadi makin menambah ilmu saya tentang puasa daud,, Alhamdulilah saya juga sudah menjalan kan puasa ini walau sering terbentur tamu bulanan,,,
saya tertarik sekali dengan postingan anda yang suka dukanya menjalankan puasa daud ini,
teryata sama persis dengan yang sama alami,,
banyak yang berkata “ini hari apa sih? kok puasa?”
dan juga banyak yang menyangka saya berpuasa untuk ini dan itu,,
SubhanAllah yaa ternyata ujiannya juga sama,, 🙂
tapi itu semua gak menyulutkan semangat untuk tetap berpusa daud,,
apakah puasa daud harus dimulai pada hari senin?
Tidak demikian, kita boleh memulai berpuasa pada hari apa saja kecuali hari-hari tersebut bertepatan dengan waktu yang diharamkan berpuasa yaitu Dua Hari Raya, Hari Tasyrik dan Hari Syakk,,
Postingan panjenengan menarik dan sangat bermanfaat mas…. Nuwun mas?
Bagus bgttttttttt……smg bs mengikuti jejak nya buat puasa daud
Alhamdulillah, terima kasih……..smg bs mengikuti sunnah Rasulullah SAW
puasa daud tuh apha yah?
berdosa gak?
puasa daud adlh puasa yg dulu dilaksanakan oleh Nabi Daud AS dan kemudian menjadi salah satu puasa yg disunnahkan jg oleh Rasulullah SAW..
Amalan sunnah (termasuk puasa daud) merupakan amalan yg apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala disisi Allah SWT dan apabila tidak dikerjakan tidak mengapa (tidak berdosa)..
Jd melaksanakan puasa daud justru akan mendapatkan pahala, dan jelas tidak berdosa.. Saya kira postingan diatas sudah cukup banyak informasinya..
Assalamu alaikum Mas Ari….
Semoga Mas Ari mendapatkan pahala seperti orang yang melaksanakan ibadah puasa krn telah memberikan informasi dan motivasi kepada manusia yang lain, aamiin…
salam dari saudaramu di Manado Rusdi Haya.
Wa’alaikumsalam Mas Rusdy..
Amin ya Rabbal ‘alamin, terima kasih atas do’anya. Semoga semakin banyak penduduk negeri ini mengamalkan puasa daud atau puasa sunnah lainnya dan tetap istiqomah.
Wah dari Manado ya mas? kalo Sulawesi saya baru sampai Kendari :D, semoga kapan2 bisa ke Manado..
subhanalloh.. nice post..walau panjang tapi ndak bikin bosan yg baca 🙂
alhmdllahnya stelah baca postingan ini ada tambahan spirit buat istiqomah puasa daud
makasi 🙂
smoga mengisnpirasi yg lain
Alhamdulillah, terima kasih atas kunjungan dan komentarnya..
Saya salud jika ada wanita yg tetap istiqomah untuk puasa daud.. saya kira bagi wanita memang lebih berat daripada laki-laki, dulu kakak sepupu (perempuan) jg menjalankan puasa daud tp kemudian dihentikan karena tidak tahan dengan ucapan salah seorang temannya dan orang-orang disekelilingnya.. Andai pelaku puasa sunnah dan orang-orang disekelilingnya mengetahui dasar disyariatkan puasa sunnah InsyaAllah akan lebih mudah menjalankannya.. 😀
alhamdulillah, saya sekarang masih istiqomah puasa daud. tapi, akhir-akhir ini saya jadi dibingungkan dengan “tamu bulanan”. kira-kira, adakah yang tahu bagaimana berpuasa daud setelah datang “tamu” tersebut?
Jika yg dimaksud dengan “tamu bulanan” adalah menstruasi bagi kaum wanita, maka hukum melaksanakan puasa pada saat itu adalah Haram. Sehingga apabila melaksanakan puasa justru tidak sah.
Untuk itu apabila seorang wanita yg berpuasa daud dan kemudian datang masa menstruasi, maka harus menghentikan puasa daudnya tersebut sampai dengan menstruasi berhenti dan dapat memulai lagi setelahnya..
Subhanallah wabihamdika nastagfiruka wanatubu ilaik….puasa daud memang puasa yang tidak biasa.banyak hikmah didalam menjlankannya..semoga kita masih bisa beribadah kepada Allah sampai hari akhir …amien
Amiin..
terima kasih atas kunjungan dan komentarnya 😀
Assalamu’alaikum,Wr.Wb.
Alhamdulillah dipertemukan (lagi) dengan seorang saudara yg “senasib”,hehehe.
Dan jazakallah atas link forum nya,,,,^_^
Mmmm,,,pengalamannya hampir sama sih yah, suka ditanya tanya puasa apa? malah ada yg nebaknya aneh aneh, hehehe
Oke deh, semoga kita bisa istiqomah dalam menjalankan sunah yg indah ini yah,,,,amiin.
Wa’alaikumsalam wr. wb. ..
melakukan amalan yang sama berdasarkan sumber/dasar yang sama pula, saya kira memang cenderung memiliki pengalaman yang sama..
mungkin masyarakat kita sejak jaman dahulu sudah terbiasa dengan puasa senin-kamis, baik itu masyarakat modern maupun tradisional (kejawen).. jadi kalau ada temannya yang berpuasa sunnah selain senin-kamis akan cenderung (maaf) ‘dicurigai’, “panjenengan puasa apa?” hal ini sangat wajar, tinggal bagaimana pelaku puasa menjawabnya..
kalau “mengapa berpuasa, pengin apa”? saya cenderung berfikir kalau di masyarakat jawa khususnya, mungkin pada jaman dahulu memang banyak orang yang berpuasa untuk tujuan duniawi (harta, takhta, dan wanita).. jadi mungkin pandangan orang terhadap yang berpuasa sunnah dijaman sekarang dgn waktu agak lama akan cenderung ‘dinilai’ sama dgn orang dijaman dahulu.. ini juga wajar menurut saya..
tapi ini hanya pengamatan saya saja, mohon maaf apabila ada salah dalam berkata (astaghfirullah..)
Asw.Wrb….mas salam kenal..boleh tanya kan…?.saya sudah lama punya niat untuk puasa daut.tapi baru sekedar niat saja.belum dijalankan dan Insaallah habis bulan syawal saya akan melakukan puasa ini.yg sy mau tanya kalau kita menjalankan puasa Daut.niat yg di ucapkan untuk puasa apa.apakah puasa Daut dilakukan 40 hari? atau seumur hidup…?mohon infonya terimakasih
Wa’alaikumsalam wr. wb. .. salam kenal juga..
Mohon maaf baru bisa dibalas, untuk niat Puasa Daud cukup dilakukan pada hari dilaksanakannya saja, tidak perlu diucapkan apakah akan berpuasa selama 40 hari atau sampai kapan.. terima kasih.
boleh mnta no hpnya mas untuk konsultasi lebih intens, email ke sy superheru007@gmail.com
Apa bener ada yg mngatakan,mnjlnkan puasa daud cobaannya berat?
Saya kira tidak demikian, sebab berpuasa sunnah itu termasuk puasa dawud itu sangat menyenangkan.. karena merasa selalu dekat dengan Allah SWT..
Mksdnya cobaan hidup, spt akan mngalami satu mslh berat…tp stlh itu pertolongan Allah akn dtg
gw beberapa thn sering puasa, tahajud, dzikir.. tp hdup gw gk berubah. nyari jodoh dan rejeki tambah susah. sering dijahati org. sering sakit.
Astaghfirullahal adziim..
Smua amalan sunnah hanyalah penyempurna ibadah wajib.. jd ibadah wajib harus dikerjakan dgn baik dan barulah amalan sunnah dikerjakan..
Niat jg kunci ibadah, apapun hsl ibadah adalah tergantung niat.. maka niat agar mendapat ridho Allah SWT dan bukan berniat yg lain adlh lbh baik.. sama bertahajud dll, bisa saja hasilnya berbeda karna setiap org punya niat yg berbeda..
Maturnuwuh
Terima kasih banyak mas ulasan tentang puasa-nya…
terima kasih juga atas kunjungan dan komentarnya mbak..
Subhanallah. . . terimakasih ilmunya kang 🙂
Alhamdulillah, terima kasih jg.. hanya sekedar shared saya kang